Sabtu, 17 Januari 2009

The True Power Of Water

Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al Anbiya:30)

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Em oto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air.

Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)" di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, "Arigato". Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata "setan", kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan, dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas.

Rasulullah saw. bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya". Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.

Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ...

Rahasia Berserah Diri Kepada Allah

> Berserah diri kepada Allah merupakan ciri khusus yang dimiliki orang-orang
> mukmin, yang memiliki keimanan yang mendalam, yang mampu melihat kekuasaan
> Allah, dan yang dekat dengan-Nya. Terdapat rahasia penting dan kenikmatan
> jika kita berserah diri kepada Allah. Berserah diri kepada Allah maknanya
> adalah menyandarkan dirinya dan takdirnya dengan sungguh-sungguh kepada
> Allah. Allah telah menciptakan semua makhluk, binatang, tumbuh-tumbuhan,
> maupun benda-benda tak bernyawa - masing-masing dengan tujuannya
> sendiri-sendiri dan takdirnya sendiri-sendiri. Matahari, bulan, lautan,
> danau, pohon, bunga, seekor semut kecil, sehelai daun yang jatuh, debu yang
> ada di bangku, batu yang menyebabkan kita tersandung, baju yang kita beli
> sepuluh tahun yang lalu, buah persik di lemari es, ibu anda, teman kepala
> sekolah anda, diri anda - pendek kata segala sesuatunya, takdirnya telah
> ditetapkan oleh Allah jutaan tahun yang lalu. Takdir segala sesuatu telah
> tersimpan dalam sebuah kitab yang dalam al-Qur'an disebut sebagai
> 'Lauhul-Mahfuzh'. Saat kematian, saat jatuhnya sebuah daun, saat buah persik
> dalam peti es membusuk, dan batu yang menyebabkan kita tersandung - pendek
> kata semua peristiwa, yang remeh maupun yang penting - semuanya tersimpan
> dalam kitab ini.
>
> Orang-orang yang beriman meyakini takdir ini dan mereka mengetahui bahwa
> takdir yang diciptakan oleh Allah adalah yang terbaik bagi mereka. Itulah
> sebabnya setiap detik dalam kehidupan mereka, mereka selalu berserah diri
> kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mengetahui bahwa Allah menciptakan
> semua peristiwa ini sesuai dengan tujuan ilahiyah, dan terdapat kebaikan
> dalam apa saja yang diciptakan oleh Allah. Misalnya, terserang penyakit yang
> berbahaya, menghadapi musuh yang kejam, menghadapi tuduhan palsu padahal ia
> tidak bersalah, atau menghadapi peristiwa yang sangat mengerikan, semua ini
> tidak mengubah keimanan orang yang beriman, juga tidak menimbulkan rasa
> takut dalam hati mereka. Mereka menyambut dengan rela apa saja yang telah
> diciptakan Allah untuk mereka. Orang-orang beriman menghadapi dengan
> kegembiraan keadaan apa saja, keadaan yang pada umumnya bagi orang-orang
> kafir menyebabkan perasaan ngeri dan putus asa. Hal itu karena rencana yang
> paling mengerikan sekalipun, sesungguhnya telah direncanakan oleh Allah
> untuk menguji mereka. Orang-orang yang menghadapi semuanya ini dengan sabar
> dan bertawakal kepada Allah atas takdir yang telah Dia ciptakan, mereka akan
> dicintai dan diridhai Allah. Mereka akan memperoleh surga yang kekal abadi.
> Itulah sebabnya orang-orang yang beriman memperoleh kenikmatan, ketenangan,
> dan kegembiraan dalam kehidupan mereka karena bertawakal kepada Tuhan
> mereka. Inilah nikmat dan rahasia yang dijelaskan oleh Allah kepada
> orang-orang yang beriman. Allah menjelaskan dalam al-Qur'an bahwa Dia
> mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Q.s. Ali 'Imran: 159)
> Rasulullah saw. juga menyatakan hal ini, beliau bersabda:
>
>
> "Tidaklah beriman seorang hamba Allah hingga ia percaya kepada takdir yang
> baik dan buruk, dan mengetahui bahwa ia tidak dapat menolak apa saja yang
> menimpanya (baik dan buruk), dan ia tidak dapat terkena apa saja yang
> dijauhkan darinya (baik dan buruk)."1
>
> Masalah lainnya yang disebutkan dalam al-Qur'an tentang bertawakal kepada
> Allah adalah tentang "melakukan tindakan". Al-Qur'an memberitahukan kita
> tentang berbagai tindakan yang dapat dilakukan orang-orang yang beriman
> dalam berbagai keadaan. Dalam ayat-ayat lainnya, Allah juga menjelaskan
> rahasia bahwa tindakan-tindakan tersebut yang diterima sebagai ibadah kepada
> Allah, tidak dapat mengubah takdir. Nabi Ya'qub a.s. menasihati putranya
> agar melakukan beberapa tindakan ketika memasuki kota, tetapi setelah itu
> beliau diingatkan agar bertawakal kepada Allah. Inilah ayat yang
> membicarakan masalah tersebut:
>
> "Dan Ya'qub berkata, 'Hai anak-anakku, janganlah kamu masuk dari satu pintu
> gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, namun
> demikian aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir)
> Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku
> bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal
> berserah diri'." (Q.s. Yusuf: 67).
>
> Sebagaimana dapat dilihat pada ucapan Nabi Ya'qub, orang-orang yang beriman
> tentu saja juga mengambil tindakan berjaga-jaga, tetapi mereka mengetahui
> bahwa mereka tidak dapat mengubah takdir Allah yang dikehendaki untuk
> mereka. Misalnya, seseorang harus mengikuti aturan lalu lintas dan tidak
> mengemudi dengan sembarangan. Ini merupakan tindakan yang penting dan
> merupakan sebuah bentuk ibadah demi keselamatan diri sendiri dan orang lain.
> Namun, jika Allah menghendaki bahwa orang itu meninggal karena kecelakaan
> mobil, maka tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
> kematiannya. Terkadang tindakan pencegahan atau suatu perbuatan tampaknya
> dapat menghindari orang itu dari kematian. Atau mungkin seseorang dapat
> melakukan keputusan penting yang dapat mengubah jalan hidupnya, atau
> seseorang dapat sembuh dari penyakitnya yang mematikan dengan menunjukkan
> kekuatannya dan daya tahannya. Namun, semua peristiwa ini terjadi karena
> Allah telah menetapkan yang demikian itu. Sebagian orang salah menafsirkan
> peristiwa-peristiwa seperti itu sebagai "mengatasi takdir seseorang" atau
> "mengubah takdir seseorang". Tetapi, tak seorang pun, bahkan orang yang
> sangat kuat sekalipun di dunia ini yang dapat mengubah apa yang telah
> ditetapkan oleh Allah. Tak seorang manusia pun yang memiliki kekuatan
> seperti itu. Sebaliknya, setiap makhluk sangat lemah dibandingkan dengan
> ketetapan Allah. Adanya fakta bahwa sebagian orang tidak menerima kenyataan
> ini tetap tidak mengubah kebenaran. Sesungguhnya, orang yang menolak takdir
> juga telah ditetapkan demikian. Karena itulah orang-orang yang menghindari
> kematian atau penyakit, atau mengubah jalannya kehidupan, mereka mengalami
> peristiwa seperti ini karena Allah telah menetapkannya. Allah menceritakan
> hal ini dalam al-Qur'an sebagai berikut:
>
> "Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
> dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum
> Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya
> kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
> jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
> tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.s.
> al-Hadid: 22-3).
>
> Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, peristiwa apa pun yang terjadi
> telah ditetapkan sebelumnya dan tertulis dalam Lauh Mahfuzh. Untuk itulah
> Allah menyatakan kepada manusia supaya tidak berduka cita terhadap apa yang
> luput darinya. Misalnya, seseorang yang kehilangan semua harta bendanya
> dalam sebuah kebakaran atau mengalami kerugian dalam perdagangannya, semua
> ini memang sudah ditetapkan. Dengan demikian mustahil baginya untuk
> menghindari atau mencegah kejadian tersebut. Jadi tidak ada gunanya jika
> merasa berduka cita atas kehilangan tersebut. Allah menguji hamba-hamba-Nya
> dengan berbagai kejadian yang telah ditetapkan untuk mereka. Orang-orang
> yang bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi peristiwa seperti itu,
> Allah akan ridha dan cinta kepadanya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak
> bertawakal kepada Allah akan selalu mengalami kesulitan, keresahan,
> ketidakbahagiaan dalam kehidupan mereka di dunia ini, dan akan memperoleh
> azab yang kekal abadi di akhirat kelak. Dengan demikian sangat jelas bahwa
> bertawakal kepada Allah akan membuahkan keberuntungan dan ketenangan di
> dunia dan di akhirat. Dengan menyingkap rahasia-rahasia ini kepada
> orang-orang yang beriman, Allah membebaskan mereka dari berbagai kesulitan
> dan menjadikan ujian dalam kehidupan di dunia ini mudah bagi mereka.
>
>
> Ikhlas Tempat Persinggahan Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in
>
> Posted on Desember 19th, 2006.
>
>
> Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menyebutkan
> tempat-tempat persinggahan Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in diantaranya
> adalah ikhlas. Berikut ini saya kutipkan beberapa penggal alenia yang
> tercantum dalam pasal ini. Bagi yang menginginkan uraian lebih lanjut saya
> persilahkan membaca langsung dari sumbernya. (ALS)
> ???????????????????????????
> Sehubungan dengan tempat persinggahan ikhlas ini Allah telah berfirman di
> dalam Al-Qur'an, (artinya):
> "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
> memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus."
> (Al-Bayyinah: 5)
> "Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan (membawa)
> kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
> Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)."
> (Az-Zumar: 2-3)
> "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara
> kalian yang lebih baik amalnya." (Al-Mulk: 2)
> Al-Fudhail berkata, "Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah
> yang paling ikhlas dan paling benar."
> Orang-orang bertanya, "Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan
> paling benar itu ?"
>
>
> Dia menjawab, "Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia
> tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akan
> diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang
> dikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurut
> As-Sunnah." Kemudian ia membaca ayat, (artinya): "Barangsiapa mengharap
> perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih
> dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
> Rabbnya." (Al-Kahfi: 110)
>
> Allah juga berfirman, (artinya):
> "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
> menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?"
> (An-Nisa': 125)
> Menyerahkan diri kepada Allah artinya memurnikan tujuan dan amal karena
> Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah
> Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Sunnah beliau.
>
> Allah juga berfirman, (artinya):
> "Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal
> itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqan: 23)
> Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada
> As-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Allah. Nabi Shallallahu Alaihi wa
> Sallam pernah bersabda kepada Sa'ad bin Abi Waqqash, "Sesungguhnya
> sekali-kali engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatu
> amal untuk mencari Wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan,
> derajad dan ketinggian karenanya."
>
> Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dia
> berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, (artinya):
> "Tiga perkara, yang hati orang mukmin tidak akan berkhianat jika ada
> padanya: Amal yang ikhlas karena Allah, menyampaikan nasihat kepada para
> waliyul-amri dan mengikuti jama'ah orang-orang Muslim karena doa mereka
> meliputi dari arah belakang mereka." (HR. At-Thirmidzi dan Ahmad)
>
> Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang berperang
> karena riya', berperang karena keberanian dan berperang karena kesetiaan,
> manakah diantaranya yang ada di jalan Allah? Maka beliau menjawab, "Orang
> yang berperang agar kalimat Allah lah yang paling tinggi, maka dia berada di
> jalan Allah.
> Beliau juga mengabarkan tiga golongan orang yang pertama-tama diperintahkan
> untuk merasakan api neraka, yaitu qari' Al-Qur'an, mujahid dan orang yang
> menshadaqahkan hartanya; mereka melakukannya agar dikatakan, "Fulan adalah
> qari', fulan adalah pemberani, Fulan adalah orang yang bershadaqah", yang
> amal-amal mereka tidak ikhlas karena Allah.
>
> Di dalam hadits qudsi yang shahih disebutkan; "Allah berfirman, 'Aku adalah
> yang paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada.
> Barangsiapa mengerjakan suatu amal, yang di dalamnya ia menyekutukan
> selain-Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukan, dan Aku terbebas
> darinya'." (HR. Muslim)
> Di dalam hadits lain disebutkan; "Allah berfirman pada hari kiamat,
> 'Pergilah lalu ambillah pahalamu dari orang yang amalanmu kamu tujukan. Kamu
> tidak mempunyai pahala di sisi Kami'."
>
> Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
> beliau bersabda:
> "Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian,
> tetapi Dia melihat hati kalian." (HR. Muslim)
>
> Banyak difinisi yang diberikan kepada kata ikhlas dan shidq, namun tujuannya
> sama. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya menyendirikan Allah sebagai
> tujuan dalam ketaatan. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya membersihkan
> perbuatan dari perhatian manusia, termasuk pula diri sendiri. Sedangkan
> shidq artinya menjaga amal dari perhatian diri sendiri saja. Orang yang
> ikhlas tidak riya' dan orang yang shidq tidak ujub. Ikhlas tidak bisa
> sempurna kecuali shidq, dan shidq tidak bisa sempurna kecuali dengan
> ikhlas, dan keduanya tidak sempurna kecuali dengan sabar.
>
> Al-Fudhail berkata, "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya',
> Mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. Sedangkan ikhlas ialah jika
> Allah memberikan anugerah kepadamu untuk meninggalkan keduanya."
> Al-Junaid berkata, "Ikhlas merupakan rahasia antara Allah dan hamba, yang
> tidak diketahui kecuali oleh malaikat sehingga dia menulis-nya, tidak
> diketahui syetan sehingga dia merusaknya dan tidak pula diketahui hawa nafsu
> sehingga dia mencondongkannya."
> Yusuf bin Al-Husain berkata. "Sesuatu yang paling mulia di dunia adalah
> ikhlas. Berapa banyak aku mengenyahkan riya' dari hatiku, tapi seakan-akan
> ia tumbuh dalam rupa yang lain."
>
> Pengarang Manazilus-Sa'irin berkata, "Ikhlas artinya membersihkan amal dari
> segala campuran." Dengan kata lain, amal itu tidak dicampuri sesuatu yang
> mengotorinya karena kehendak-kehendak nafsu, entah karena ingin
> memperlihatkan amal itu tampak indah di mata orang-orang, mencari pujian,
> tidak ingin dicela, mencari pengagungan dan sanjungan, karena ingin
> mendapatkan harta dari mereka atau pun alasan-alasan lain yang berupa cela
> dan cacat, yang secara keseluruhan dapat disatukan sebagai kehendak untuk
> selain Allah, apa pun dan siapa pun."
>
> Dipetik dari: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, "Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka
> Na'budu wa Iyyaka Nasta'in, Edisi Indonesia: Madarijus Salikin Pendakian
> Menuju Allah." Penerjemah Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur,
> Cet. I, 1998, hal. 175 - 178
>
>
>
>
> Lalu apakah ukuranya ?
>
> Memakai gr, kg, ton, kah ? <>
>
> Memakai mm, cm, m, km kah ? <>
>
> Apakah dengan Angka, Berapa banyak ? 1, 2 ,3 sampai 9, Bukan kah angka ini
> yg tertinggi ? <>
>
> Teryata kita ini dalam keadaan 0. dan harus melewati ke 1, ke 2 dan
> seterusnya .
>
> Dan mungkin ini yg harus kita ingat tiap hari .
>
>
>
> mohon ma'af banyak salah.
>

Jawaban Sederhana Penuh Makna

> kakak serta sahabat tersayang ku>

> Mungkin lewat blog ini,, aku ingin mengatakan semuanya.

Semua yang dulu pernah buat kamu gag percaya dengan ku.
Kak,, aku sayang kamu.

Suatu ketika aku ingat perkataan mama ku. Beliau berpesan besug kalau punya pacar jangan asal pilih, lihatlah dari segi keluarga, pendidikan, sikap orang tersebut,n aku bener-bener mengenalinya.

Dulu sewaktu aku masih sama aLi,, ke dua ortu bertanya darimana aku kenal?? bagaimana keluarganya?? bagaimana sekolahnya serta semua sikapnya di sekolah??bagaimana kehidupan keluarganya??

Aku tak dapat menjawab semua pertanyaan itu kak,, terutama pertanyaan "darimana aku kenal??". Seseorang yang telah memperkenalkan ku dengan nya itu,, adalah orang yang di benci ortu ku. Aku terpaksa berbohong untuk menjawab pertanyaan itu, terpaksa aku menjawab "aku kenal dari friendster kemudian kita smsan!!"

Ke dua ortu ku langsung marah besar,, sejak itu aku trauma untuk pacaran lagi. Namun di hari uLtah ku,, tiba-tiba pikiran ku terlintas olehmu.

Dari situ aku nerima kamu,, hanya kakak ku yang tau kalau aku suda punya pacar. Aku tak berani bilang bahwa aku suda punya pacar pada ortu ku.

Maaph kak,, 20 hari setelah itu aku mengakhiri hubungan kita. Ketakutan ku mulai datang lagi,, aku gag pengen kamu ikut-ikutan di marahi oleh ortu ku.

Mungkin saat ini kamu berpikir, bahwa ortu ku merupakan orang-orang yang memandang orang lain dari materi. Terserah jika kamu berpikir seperti itu, aku tak menyalahkan.

Aku bener-bener minta maaf kak,,

Tapi ingatlah aku dulu menerimamu bukan untuk mempermainkan perasaanmu, tapi karna aku bener-bener sayang dengan mu. Aku Sayang Kamu.